Kenduri Jum'at Minggu Ke-3: Menyelami Kedalaman Al-Asaalib dan Ta'bîr Bahasa Arab
Sesi Zoom Meeting Kenduri Jum'at Minggu Ke-3: Menyelami Kedalaman Al-Asaalib dan Ta'bîr Bahasa Arab
Kenduri Jum'at Minggu Ke-3: Menyelami Kedalaman Al-Asaalib dan Ta'bîr Bahasa Arab
Yogyakarta — Kenduri Jum'at kembali hadir di minggu ke-3 bulan Mei 2025 dengan menghadirkan salah satu pakar dalam bidang bahasa Arab, Prof. Dr. H. Tulus Musthofa, Lc., MA. Acara yang dilangsungkan pada Jumat, 23 Mei 2025, pukul 13.30 WIB hingga selesai, mengangkat tema “Al-Asaalib dan Ta'bîr Bahasa Arab”.
Dalam pemaparannya, Prof. Tulus Musthofa menyampaikan pentingnya pemahaman mendalam terhadap gaya bahasa (uslûb) dan ungkapan-ungkapan khas (ta‘bîr) dalam penulisan akademik berbahasa Arab, khususnya dalam konteks penelitian ilmiah. Beliau menegaskan bahwa gaya bahasa Arab bukan sekadar ornamen linguistik, melainkan ruh yang menghidupkan teks akademik.
Beberapa poin penting yang menjadi kesimpulan dari Kenduri Jum'at kali ini adalah sebagai berikut:
-
Opini pribadi peneliti tidak dapat dimasukkan ke dalam uslûb; karena uslûb merupakan bentuk ekspresi bahasa, bukan ruang untuk menyisipkan subjektivitas.
-
Prof. Tulus memberikan dorongan kepada seluruh mahasiswa agar terus berlatih membaca berbagai referensi penelitian berbahasa Arab guna memperkaya pemahaman terhadap ta‘bîr dan uslûb.
-
Peneliti wajib menyertakan unsur uslûb dalam penulisan, sebab tanpa itu, penelitian akan terasa "kering" dan kehilangan daya hidup linguistiknya.
-
Penulisan tesis tidak boleh disamakan dengan penulisan khutbah Jumat. Keduanya memiliki struktur, tujuan, dan gaya bahasa yang berbeda secara fundamental.
-
Peneliti (bâḥits) dituntut mampu menyesuaikan antara ta‘bîr dan uslûb dengan tema dan konteks penulisan, agar hasil kajian terasa menyatu secara akademik dan estetis.
Acara ini ditutup dengan diskusi interaktif antara pemateri dan peserta yang terdiri dari para mahasiswa dan penggiat kajian bahasa Arab. Semangat belajar dan komitmen terhadap kualitas penelitian menjadi semangat yang terus digaungkan dalam Kenduri Cinta sebagai ruang bertumbuhnya pemikir dan peneliti bahasa Arab di Indonesia.